Kategori
Tidak Dikategorikan

Bintang di Langit Ramadhan (part 1)

Sudah berhari-hari kepala ku pusing tak hilang-hilang, meski sudah minum obat berkali-kali sakitnya tak kunjung hilang, bahkan puncaknya hari ini kepala ku seakan mau meledak sangking sakitnya, rasanya seperti ada ribuan batu yang menghantam kepala ku. Aku berusaha melangkahkan kaki ku untuk terus tetap berjalan agar segera sampai kerumah dan bisa istirahat. Namun baru beberapa langkah rasa sakit di kepala ku malah semakin berat dan membuat perut ku mual ingin muntah, sakit kepala ku ini benar-benar sudah parah, aku bisa pingsan ditengah jalan kalau sakitnya menyiksa seperti ini.


Aku menghentikan langkah ku yang memang sudah tertatih. Aku menekan bagian kepala ku yang sakit, berusaha menghilangkan sedikit rasa sakitnya meski hal itu sia-sia karena rasa sakit ini malah semakin membuat ku ingin membenturkan kepala ku ke tembok, belum lagi perut ku yang mualnya minta ampun yang merangsek ingin keluar meski sudah ku coba untuk menahannya dengan mendekap mulut ku sendiri. Tubuh ku mulai gontai, rasa sakit ini tidak bisa kutahan lagi, kaki ku lemas dan aku jatuh terduduk, sayangnya tak ada orang dijalanan yang sepi ini hanya ada lalu lalang mobil dan motor yang tidak akan peduli dengan nasib orang sakit yang terjatuh seperti ku. Badan ku menggigil, aku mulai merasa dunia seakan berputar di depan ku, hanya di depan ku. Tepat sebelum kesadaran ku hampir hilang tiba-tiba datang seseorang yang menghampiri dan mencengkram bahu ku.


“de, kamu kenapa?” tanya suara itu, aku masih menunduk karena masih menahan mual tapi dari suaranya jelas itu suara laki-laki “kamu sakit bukan? Ia kembali bertanya.


Aku menengadah mencoba melihat wajah laki-laki itu berharap ia bukan orang jahat “kepala ku sakit dan perut ku…” belum selesai aku bicara laki-laki itu sudah memotongnya.
“ayo aku antar kamu kerumah sakit, kamu nggak boleh pingsan disini” ujarnya membujuk ku dan mulai mengangkat ku berdiri.


Mendengar kata rumah sakit, tanpa pikir panjang aku segera menggelengkan kepala. kalau aku punya uang untuk ke rumah sakit itu pasti sudah kulakukan sejak kemarin sebelum sakit kepala ini hampir membunuh ku.


“udah nggak apa-apa, ayo masuk ke mobil ku” ajaknya memaksa. Dengan masih setengah hati, aku mengikuti tawarannya. Ia mulai menggopoh badan ku yang masih lemas masuk ke dalam mobil putihnya. Setelah kami berdua masuk ia langsung melesatkan mobilnya kejalan.


“kita mau kemana?” tanya ku masih dengan merasakan sakit yang luar biasa dikepala ku.
“kerumah sakit yang terdekat dari sini” jawabnya tetap fokus menyetir.


“aku nggak mau kerumah sakit, antar aku pulang aja. Aku sekarang udah baik-baik a…ja ” aku mendekap mulut ku, mual ini kembali memuncak dan hampir saja keluar kalau saja tidak berusaha kutahan. Kan, tidak mungkin aku muntah di mobil laki-laki yang sudah menolong ku, tidak tahu diri sekali jika hal itu sampai terjadi.
“kamu kenapa? Mau muntah bukan?” tanyanya yang terlihat panik dengan keadaan ku ini.
Aku hanya bisa menggeleng pelan dan membalikan badan ku ke sisi jendela mobil, aku tidak mungkin jujur padanya dan aku juga tidak mungkin merepotkannya lagi tapi ia terus bertanya pada ku meski aku terus menggeleng tanpa melihat kearahnya namun tangan kirinya meraih bahu ku dan berusaha membalikan badan ku.
“ekh jawab! kalau memang ingin muntah kita bisa turun dulu jangan diam seperti itu”
Dengan mata merah dan air mata yang keluar persis Zombi kelaparan, akupun membalikan badan ku kearahnya. Aku menyerah dengan benda abstrak yang mau melompat dari dalam perut ku ini, aku harus bilang padanya “aku udah nggak tahan lagi udah ditengah-tengah tenggorokan hueekkk…” kata ku dengan cepat bahkan aku sendiri bingung dengan apa yang aku ucapkan tadi.


“eekhhh tahan dulu tahan, aku akan segera menepi” ujarnya ikut panik “akh shit macet lagi nggak bisa menepi” ia mulai mengumpat, jalanan memang sedang macet karena ini jam pulang kerja “sebentar, akan aku carikan plastik dulu” ia berbalik badan ke jok belakang mencari-cari benda bernama plastik atau apapun yang bisa dijadikan tempat buat benda astral ini. Beruntung ada plastik belanjaan di jok belakang dan ia langsung mengeluarkan isinya dengan sembarang lalu segera memberikan plastiknya kepada ku tepat waktu.

Bersambung…


avatar shifafa

Oleh shifafa

Enjoy my life

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai